BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai
dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berfikir manusia. Bangsa
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang sejak dari zaman kolonial
Belanda selalu dihadapkan kepada dikotomi ilmu pengetahuan umum dengan ilmu
pengetahuan agama, sehingga IPTEK dan IMTAQ dari seorang generasi muda /
manusia Indonesia tidak seimbang. Padahal IPTEK dan IMTAQ ini seharusnya
seiring sejalan agar tercipta manusia-manusia Indonesia yang berilmu, beriman
dan beramal.
Islam,
khususnya Al-Qur’an sangat menganjurkan ummatnya untuk menuntut ilmu
pengetahuan. Baik itu Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terlebih-lebih Ilmu Pengetahuan
Agama, karena kedua ilmu itu akan menambah keyakinan / iman seorang hamba
kepada Allah SWT. Saking pentingnya menuntut ilmu sampai-sampai ayat yang
pertama diturunkan Allah SWT kepada Rasul-Nya adalah Surat Al-Alaq: 1-5 yang
berbunyi:
Artinya: Bacalah degan (menyebut) nama Tuhan-Mu yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhan-Mu lah yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dan
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
Kemudian
dalam UUD 1945 disebutkan bahwa negara kita ingin mewujudkan masyarakat yang
cerdas. Untuk mencapai bangsa yang cerdas, harus terbentuk masyarakat belajar.
Masyarakat belajar dapat terbentuk jika memiliki keampuan dan keterampilan
mendengar dan minat baca yang besar. Apabila membaca sudah merupakan kebiasaan
dan membudaya dalam masyarakat, dalam hal ini membaca buku, membaca alam dan
juga membaca sambil memahami Al-Qur’an yang merupakan mu’jizat yang diturunkan
kepada Rasulullah SAW, maka akan tercipta manusia-manusia pintar dan terampil
memahami dan menggali ilmu pengetahuan dari Al-Qur’an yang merupakan sumber
ilmu yang diturunkan oleh zat yang Maha Mengetahui kepada Rasul-Nya.
Judul
makalah ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati
dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia
pendidikan khususnya pendidikan generasi muda Islam, agar Islam sebagai
Rahmatan lil ’alamin dapat dirasakan dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
B.
DENTIFIKASI MASALAH
Sesuai dengan judul makalah ini, ”Keistimewaan Al-Qur’an
ditinjau dari sisi Ilmu Pengetahuan khususnya Ilmu Pertanian”, terkait dengan
penerapannya dalam penyuluhan pertanian dan pengamalan dalam kehidupan
sehari-hari. Berkaitan dengan judul tersebut, maka masalahnya dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1.
Bagaimana pandangan
Al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan?
2.
Apa keistimewaan
Al-Qur’an ditinjau dari sisi ilmu pertanian?
C.
PEMBATASAN MASALAH
Untuk memperjelas ruang ligkup pembahasan, maka masalah yang
dibahas dibatasi pada masalah:
a.
pandangan Al-Qur’an
tentang Ilmu Pengetahuan.
b.
Keistimewaan
Al-Qur’an ditinjau dari sisi ilmu pertanian.
D.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah
tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana deskripsi
pandangan Al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan?
2.
Bagaimana deskripsi
ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan ilmu pertanian?
BAB II
PEMBAHASAN
Al-Qur’an merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
merupakan sumber segala hukum dan pedoman hidup (minhajul hayah) ummat Islam
yang utama, yang dijabarkan dengan hadist (sunnah) dan ijtihad para ulama. Di
samping sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan kepada ummat manusia, di
dalam Al-Qur’an juga terdapat pelajaran yang sangat berharga dari zat yang Maha
Kuasa dan Maha Pencipta berupa dasar-dasar ilmu pengetahuan.
Sesuai dengan judul makalah ini, pembahasan meliputi pandangan Al-Qur’an
tentang ilmu pengetahuan dan ayat-ayat Al-Qur’a yang berhubungan dengan ilmu
pertanian.
A.
PANDANGAN AL-QUR’AN
TENTANG ILMU PENGETAHUAN
Pandangan Al-Qur’an tentang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi dapat kita ketahui pada penggalan ayat Al-Qur’an yang singkat namun
bermakna besar, yang diturunkan oleh Allah pertama kalinya pada baginda
Rasulullah SAW yakni, ”IQRA” bacalah.
Ayat yang begitu pendek ini mengandung kunci emas yang
dapat membukakan jalan ke arah pengembangan sains yang benar seperti menyampaikan,
menela’ah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan seperti makna
umumnya membaca baik teks tertulis maupun tidak. Dalam ayat-ayat lain pun Allah
selalu menegaskan manusia agar selalu berfikir yang terdapat dalam Al-Qur’an
yang artinya:
”Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi...”
”Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana
diciptakan, langit bagaimana ditinggikan, gunung bagaimana ditancapkan dan bumi
bagaimana dihamparkan?”
”Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan
untukmu, dan bintang-bintang itu ditundukkan dengan perintahnya. Sesungguhnya
dalam gejala-gejala itu terdapat ayat-ayat Allah bagi orang-orang yang
mempergunakan akal.”
Dalam penggalan-penggalan ayat yang hanya secuil dari
ratusan ayat-ayat yang menerangkan bahwa betapa pentingnya ilmu pengetahuan dan
menegaskan manusia manusia agar mempelajari segala sesuatu yang ada di langit
dan di bumi ini terkumpul dalam Al-Qur’an yang suci, tanpa satu ayat pun yang
melenceng dari jalan Allah SWT.
Ayat-ayat tersebut juga menggambarkan secara sempurna
metode penalaran Islam terhadap alam. Ayat-ayat itu mengarahkan manusia kepada
fungsi pertama diantara sekian banyak fungsinya, yakni mempelajari ayat-ayat
Allah SWT yang tersaji di alam raya ini.
Ayat-ayat tersebut bermula dengan tafakur dan berakhir
dengan amal. Al-Qur’an begitu lengkap, luas dan dalam, yang mengandung segala
unsur maha bernilai, serta dapat menghasilkan energi-energi maha dasyat, ia
mewajibkan kita untuk menela’ah kembali, khususnya teknologi.
Tapi sayang seribu sayang mutiara-mutiara yang nilainya
tidak terhingga, terpendam dalam Al-Qur’an. Selama ini ia diabaikan oleh kaum muslimin sebagai
pemilik Al-Qur’an. Maka kita sebagai generasi penerus, agar bisa menjadi
penerus-penerus pintar dalam ilmu akhirat ataupun dunia dengan Al-Qur’an.
Nabi Muhammad SAW juga memerintahkan agar ummat Islam
mencari ilmu pengetahuan, sebagaimana diriwayatkan hadist-hadist berikut ini:
”Mencari ilmu pengetahuan itu wajib bagi setiap muslimin
dan muslimat.”
”Tuntutlah ilmu itu dari buaian sampai ke liang lahad.”
”Bawasanya ilmu itu meulia bagi orang yang sudah mulia
dan meninggikan seorang budak sampai ke tingkat raja-raja.”
”Apabila wafat seorang anak Adam, putuslah amal
perbuatannya, kecuali tiga perkara yaitu ilmu yang membawa manfaat, sedekah
jariyah, dan do’a anak yang soleh.”
”Barang siapa menghendaki dunia, maka dia harus
mencapainya dengan ilmu. Barang siapa menghendaki akhirat, maka dia harus
mencapainya dengan ilmu. Barang siapa menghendaki keduanya, maka dia harus
mencapainya dengan ilmu.”
Dalam Qur’an Surah Ar-Rahman: 33 Allah berfirman:
Artinya: Wahai
golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit
dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan
kekuatan (dari Allah).”
Sebagian mufassir menafsirkan arti kata ”bi shulthan”
dalam ayat ini adalah ”dengan ilmu pengetahuan”. Dengan ilmu pengetahuan lah
jin dan manusia bisa menembus penjuru langit dan bumi.
Maka dapat disimpulkan bahwa hakikat ilmu pengetahuan
dalam Al-Qur’an adalah rangkaian aktivitas manusia dengan prosedur ilmiah baik
melalui pengamatan, penalaran maupun intuisi sehingga menghasilkan pengetahuan
yang sistematis mengenai alam dan seisinya serta mengandung nilai-nilai logika,
estetika, hikmah, rahmah dan petunjuk bagi kehidupan manusia baik di dunia
maupun di kemudian hari. Al-Qur’an banyak mengandung nilai-nilai empirik serta
isyarat yang diberikan kepada manusia untuk mempelajari, memahami, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan baik melalui ayat-ayat yang tertulis yaitu
Al-Qur’an maupun ayat-ayat yang terbentang luas di alam semesta beserta isinya.
B.
AYAT-AYAT ALQUR’AN
YANG BERHUBUNGAN DENGAN ILMU PERTANIAN
Dalam Surah Al-An’am: 99 Allah berfirman:
”Dan Dia lah yang menurunkan hujan dari langit, lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau biji-bijian yang banyak, dan mayang
kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai dan kebun-kebun anggur dan (Kami
keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya diwaktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pula)
kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.”
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’dy Rahimahullah menjelaskan
dalam tafsirnya:
”perhatikanlah” maksudnya lihatlah, pikirkanlah dan ambil
pelajaran.
”buahnya diwaktu pohonnya berbuah” maksudnya buah
pohon/tanaman secara umum, khususnya buah pohon kurma.
”dan perhatikan pula kematangannya” maksudnya perhatikanlah
pada buah itu mulai dari waktu munculnya sampai matangnya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat pelajaran dan tanda-tanda kekuasaan (Allah SWT) dan
menunjukkan rahmat Allah, banyaknya kebaikan-Nya dan kedermawanan-Nya serta
menunjukkan sempurnanya kemampuan-Nya juga menunjukkan pertolongan-Nya kepada
hamba-hamba-Nya. Akan tetapi tidak setiap orang bisa mengambil pelajaran dan
memikirkannya, tidak semua orang yang memperhatikan dan memikirkannya mampu
mengetahui makna yang terkandung.
Oleh karena itu Allah SWT mengaitkan bahwa orang yang
mampu mengambil manfaat (pelajaran) dari tanda-tanda kebesaran-Nya hanyalah
orang-orang yang beriman, sebagaimana firmannya:
”sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”.
Sesungguhnya orang-orang mukminlah yang dengan keimanan
membawa mereka kepada amal sebagai realisasi dan konsekuensi dari keimanan
mereka.
Dalam Surah An-Nahl: 11 Allah juga berfirman:
”Dengan air hujan itu Dia menurunkan untuk kamu
tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sungguh,
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
orang yang mengerti.”
Dari ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa kalimat ”Sungguh,
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
orang yang mengerti”, orang yang mengerti akan mengetahui bahwa Allah adalah
Maha Kuasa atas segala sesuatu, mengetahui bahwa Dia lah pengatur segala urusan
sampai urusan tanaman dan tumbuhan pun Allah yang mengaturnya, semua diatur
oleh Allah.
Orang yang mengerti akan mengetahui bahwa Allah yang
memberikan rizki kepada makhluk-Nya termasuk tumbuhan dan tanaman semuanya.
Maka semua tumbuhan dan tanaman baik tanaman yang dibudidayakan manusia dan
yang tidak dibudidayakan, rerumputan, semak belukar, dan hutan-hutan belantara
semua ada dan tumbuh atas kekuasaan, pengaturan dan limpahan rizki dari Allah.
Bahkan tanaman yang dalam perawatan intensif dengan sistem budidaya yang telah
maju seperti hidroponik dan aeroponik, atau dibudidayakan dengan sensor dalam
rumah-rumah kaca, menggunakan irigasi tetes dan teknologi yang canggih lainnya,
maka tetap saja tanaman itu tumbuh dan berkembang dari benih sampai bisa
dipanen atas kekuasaan, pengaturan, dan limpahan rizki dari Allah. Seandainya
tanpa kekuasaan, pengaturan, dan limpahan rizki dari Allah maka tidaklah
tanaman itu akan tumbuh dan berkembang, karena tanaman itu tidak mempunyai
kekuasaan atas dirinya sendiri kecuali dari kekuasaan Allah.
Kemudian dalam Surah Al-A’raaf: 57-58 Allah berfirman:
”Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar
gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu
membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami
turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai
macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati,
mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur
dengan izin Tuhan, dan tanah yang buruk tanaman-tanamannya tumbuh merana.
Demikianlah Kami jelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran Kami) bagi
orang-orang yang bersyukur.”
Dari ayat di atas dapat kita ketahui bahwa Allah lah yang
Maha Kuasa dan Maha Pencipta yang menggerakkan angin untuk membawa awan mendung
yang terbentuk dari kondensasi (pengembunan) uap air yang membentuk
bintik-bintik di awan yang kemudian akan menjadi gumpalan awan dan seterusnya
menjadi hujan/salju. Hal ini dalam sains dikenal dengan Siklus Air.
Sedangkan pada ayat 58 dari Surah Al-A’raaf di atas dapat
kita perhatikan bagaimana Al-Qur’an menyatakan bahwa tanah yang baik maka
tanaman-tanamannya tumbuh subur dan tanah yang buruk tanaman-tanamannya tumbuh
merana. Ini berkaitan dengan Agroekologi atau Disiplin Ilmu Pertanian lainnya.
Disebutkan bahwa tanah yang baik yaitu tanah yang didalamnya terdapat bahan
organik sehingga tanah tersebut akan memiliki cadangan makanan/unsur hara yang
sangat diperlukan oleh tanaman dalam proses pertumbuhannya. Maka tanah seperti
inilah yang baik untuk tanaman agar bisa tumbuh subur.
Sebaliknya, tanah yang buruk yang di dalamnya tidak ada
bahan organik yang mengakibatkan tanah miskin unsur hara, maka otomatis
tanaman-tanaman yang ditanam di tanah ini akan tumbuh merana.
Dalam Qur’an Surah Al-Hijr: 22 Allah berfirman:
”Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan
kami turunkan hujan dari langit, lalu kami beri minum kamu dengan (air) itu,
dan bukanlah kamu yang menyimpannya.”
Ayat di atas adalah ayat yang menerangkan bahwa angin
sebagai mediasi dalam proses penyerbukan (pollen) tumbuhan.
Dalam Al-Qur’an Surah Ar-Ra’d: 3 disebutkan:
”Dan Dia yang menghamparkan bumi dan menjadikan
gunung-gunung dan sungai-sungai di atasnya. Dan padanya Dia menjadikan semua
buah-buahan berpasang-pasangan; Dia menutupkan malam kepada siang. Sunguh pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang
berfikir.”
Pada ayat di atas diterangkan bahwa pada tumbuhan
terdapat pasangan bunga jantan (etamine) dan bunga betina (ovules) yang
menghasilkan perkawinan.
Masih banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi begitu juga yang berhubungan dengan Ilmu
Pertanian. Tergantung bagaimana kita ummat Islam dapat medalami, memahami dan
mengambil pelajaran dari Al-Qur’an tersebut.
Pertanyaanya, berapakah orang yang sudah dapat mendalami,
memahami dan mengambil pelajaran?
Benarlah perkataan penyair:
”Alangkah banyaknya ibrah (pelajaran) namun alangkah
sedikit orang yang mampu mengambil ibrah tersebut.”
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian ”Keistimewaan Al-Qur’an ditinjau dari
sisi ilmu pengetahuan khususnya ilmu pertanian” dapat disimpulkan bahwa:
1.
Ilmu pengetahuan
dalam pandangan Al-Qur’an sangatlah penting bahkan wajib hukumnya menuntut ilmu
bagi setiap muslim.
2.
Ilmu pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) harus diimbangi dengan Iman dan Taqwa (IMTAQ) sehingga
manusia dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang
tercipta di muka bumi.
3.
Al-Qur’an bukanlah
kitab sains, namun di dalam Al-Qur’an terdapat segala dasar ilmu pengetahuan
untuk membenarkan kenabian Muhammad SAW 14 abad yang lalu, jauh sebelum Ilmu
Pengetahuan Modern berkembang seperti saat ini.
B.
SARAN
Bertolak dari Ilmu Pengetahuan sangat penting dalam
pandangan Al-Qur’an dan keistimewaan Al-Qur’an ditinjau dari sisi ilmu
pengetahuan khususnya ilmu pertanian, penyusun memberikan saran sebagai
berikut:
1.
Sebaiknya ummat
manusia khususnya ummat Islam mampu mensinergikan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan ilmu pengetahuan agama terlebih bisa menggali isi dan
kandungan yang tersimpan dalam Al-Qur’an.
2.
Ummat Islam sebagai
pemilik Al-Qur’an hendaknya akrab dengan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari
sehingga mutiara-mutiara yang nilainya tidak terhingga yang terpendam di dalam
Al-Qur’an dapat digali dan menjadi tuntunan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
-
Al-Qur’an
Source:
http://www.al-ikhwan.net/al-quran-dan-iptek-2-sumber-sumber-ilmu-pengetahuan-dalam-islam-9/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar